Selasa, 13 Maret 2012

Naskah Drama Sangkuriang Sakti

Ini naskah drama bikinan gue sendiri lho. awalnya saya bingung karena harus membuat drama untuk ujian praktik di sekolah gue. gue bingung harus menampilkan drama apa?? begitu saya tepikirkan tentang cerita SANGKURIANG SAKTI, saya langsung tancap deh mengerjakan naskah drama itu.
tanpa dibantu salah satu anggota kelompok pun saya berniat untuk mengerjakan demi mendapatkan nilai yang memuaskan. maklumlah kelompok saya anaknya SESUATU banget. 
mereka tinggal menerima jadi drama itu tanpa memikirkan perasaan dan hasil kerja keras saya. saya sempat kecewa dan marah. tapi setelah saya pikir-pikir lagi, udahlah ngga papa nanti juga saya sendiri yang mendapatkan hikmah dari ini semua. dan saya juga berpengalaman membuat drama..huhuiii...


okeh langsung aja yah..

ini dia naskah darama SANGKUIAG SAKTI


SANGKURIANG SAKTI

            Pada zaman dahulu kala, di daerah Parahiyangan Jawa Barat ada sebauh kerajaan yang diperintah oleh Prabu Galuga. Ia seorang raja yang gagah perkasa. Umurnya sudah 40 tahun namun ia tidak mempunyai permaisuri, memang dia tidak ingin beristri. Karena sang Prabu tidak juga beristri, kadang-kadang ayahnya yang sudah hidup sebagai pertapa datang ke istana untuk memberi nasihat.
Ayah Prabu Galuga  : “Anakku, kau harus segera mempunyai permaisuri yang akan melahirkan penerus kerajaan ini !”
Prabu Galuga            : “Ah, ramanda tidak usah kuatir. Bila nanti tiba saatnya saya pasti akan mendapatkan jodoh. Sekarang ini saya masih belum berniat untuk beristi.”
Ayah Prabu Galuga            : “Kau ini bagaimana? Kodrat seorang raja adalah menikah mempunyai anak. Kau jangan menentang ketentuan Yang Maha Kuasa.” (dengan nada tinggi karena kesal)
Prabu Galuga            : “Mohon maaf rama. Saya belum berminat.”
Ayah Prabu Galuga    : “Ya sudah, tapi harus kau camkan peringatanku ini. Seingatku sudah dua kali aku menasehati kau tentang pentingnya seorang istri bagimu.”
Prabu Galuga            : “Saya akan pertimbangkan rama.”
Ayah Prabu galuga : “Baiklah aku akan kembali ke pertapaan.” (sambil berjalan menuju pertapaannya)
          Selang seminggu setelah kedatangan ayahnya, sang ayah meninggal dunia. Suatu hari Prabu Galuga ingin berburu binatang, biasanya ia ditemani pengawalnya dan seekor anjing istana yang konon adalah jelmaan dewa.
Prabu Galuga   : “Ayo pengawal kita berangkat sekarang.”
Pengawal          : “Baik tuan.”
Prabu Galuga   : “Ada apa ini ? kenapa anak panahku tak pernah mengenai sasaran?” (berbicara sendiri)
Pengawal          : “Ada apa gusti Prabu ?”
Prabu Galuga   : “Aku bingung pengawal mengapa anak panah ku meleset terus.”
Pengawal          : “Saya rasa hari ini kita belum beruntung tuan.”
Prabu Galuga   : “Emm. Pengawal cepat tinggalkan aku sendiran!”
Pengawal          : “ Memangnya ada apa gusti Prabu?”
Prabu Galuga   : “Aku mau buang air kecil, cepat kau pergu dari sini!” (sambil mendorong pengawal karena sedikit kesal)
          Beberapa saat kemudian
Pengawal          : “Tuan apa tidak sebaiknya kita pulang saja. Karena hari telah sore.”
Prabu Galuga   : “Aku rasa kau benar. Ayo kita pulang sekarang.”
          Sembilan bulan kemudian Prabu Galuga pergi berburu ke tempat yang sama. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi.
Prabu Galuga   : “Aneh? Anak siapa yang ditinggalkandi tengah-tengah hutan seperti ini?” (sambil mencari dari mana asalnya suara tersebut)
Pengawal          : “Gusti Prabu! Tak usah dihiraukan. Jangan-jangan suara jin perewangan!”
Prabu Galuga   : “Sebaiknya kita cari suara tangisan bayi itu pengawal!”
Pengawal          : “Baik tuan.”
Prabu Galuga   : “Hah? Seorang bayi? Siapa orang yang tega meinggalkan bayinya di tengah hutan begini?” (kaget dan heran)
          Ia menggendong bayi itu, sementara dari balik semak-semak seekor babi hutan betina memperhatikannya. Hanya tetes air mata berlinangan di wajahnya. Tiba-tiba terdengar sebuah suara mengiang di telinganya.
Dewi                : “Prabu Galuga! Bayi itu adalah anakmu dengan bidadari yang tengah menjalani hukuman dari para dewi. Kodrat seorang manusia adalah menikah dan mempunyai anak, kau telah mencoba mengelak dari kodrat, bawalah bayi itu pulang!” 
          Bayi itu diasuh dan diberi nama Nyi Dayang Sumbi. 17 tahun kemudian gadis kecil itu telah tumbuh menjadi seorang dara cantik jelita. Hampir setiap pekan datang lamaran. Namun ia selalumenolaknya. Hal itu membuat prabu galuga mulai berpikir.
Prabu Galuga   : “Apakah ini sebuah karma bagiku?” (berkata dalam hati)
Dayang Sumbi         : “ Ada apa ayah ?”
Prabu Galuga   : “Kau harus segera menikah Sumbi!”
Dayang Sumbi : “Ampun ayahanda. Hamba belum berminat untuk berumah tangga.”
Prabu Galuga   : “Sumbi, hanya ada dua pilihan bagimu. Mau menikah atau kau kuasingkan di tepi hutan. Hanya ditemani seekor anjing dan jangan pernah kembali ke istana, kecuali aku sendiri yang memerintahmu!”
Dayang Sumbi         : “Baiklah aku akan memilih tinggal di tepi  hutan.”
          Sesampainya ditepi hutan
Tumang             : “Sumbi kau tidak usah bersedih saya akan setia menemanimu sampai kau diperintahkan untuk kembali ke kerajaan lagi.”
Dayang Sumbi : “(kaget dan heran) benarkah itu suaramu tumang? Apa kau bisa bicara? Oh tumang akhirnya aku punya teman di tengah-tengah kesepian ini.”
Tumang             : “Benar Sumbi aku bisa bicara. Aku akan menjadi temanmu selama kamu kesepian. Tapi apa kamu mau berteman dengan seekor anjing sepertiku?”
Dayang Sumbi : “Aku tak peduli meskipun kau seekor anjing. Yang penting aku punya teman sekarang.”
          Suatu hari ketika sedang menenun salah satu tongkatnya jatuh kebawah dangau. Ia merasa malas untuk mengambil.
Dayang Sumbi : “Siapa yang mau mengambilkan tongkatku ia akan aku jadikan suami.”
Tumang               : “Ini tongkatmu Sumbi.”
Dayang Sumbi   : “Tumang bukan engkau yang kumaksud.”
Dewi                     : “Dayang Sumbi kau adalah bidadari. Bidadari pantang menjilat ludahnya sendiri, lagi pula si Tumang memang jodohmu. Sesunggnya anjing itu adalah jelmaan dewa.”
            Dayang Sumbi Dikaruniai anak laki-laki tampan. Ia diberi nama Sangkuriang. Tak terasa sangkuriang sudah tumbuh besar dan panai berburu. Suatu hari sangkuriang hendak berburu.
Dayang Sumbi : “Nak, bawakan ibu daging kijang yah?”
Sangkuriang     : “Ya bu.”
            Lewat lah seekor babi putih.
Babi putih : “Menantuku tumang, apakah itu cucuku ?”
Tumang             : “ Benar bu dia adalah sangkuriang cucu ibu.”
Babi putih         : “Oh tuhan, aku ingin memeluk dan berbicara dengan cucuku tapi apalah daya ini dia tak mungkin percaya terhadap ucapanku.”
Sangkuriang     : “Tumang! Cepat gigit babi itu!”
Babi putih         : “mengapa kau tega nak. Aku ini nenekmu. Aku nenekmu nak.” (berbicara dalam hati)
Sangkuriang     : “Hei Tumang apa kau tidak dengar kataku! Cepat gigit babi itu!”
Tumang hanya terdiam
Sangkuriang     : “Ayo tumang serang dia! Tumang mengapa kau menjadi bodoh begitu? Huh dasar anjing bodoh!”
            Sangkuriang memanah ke arah babi itu. Namun anak panah tepat mengenai tumang. Kemudian ia menyembelih anjing itu. Sampai dirumah daging itu dimasak oleh dayang sumbi dan dimakan bersama-sama.
Dayang Sumbi : “Sangkuriang. Kemana si tumang?”
Sangkuriang     : “Bu. Anjing itu sudah berani melawan perintahku. Tadi kusuruh menyerang babi hutan malah diam saja. Akhirnya dialah yang ku panah.”
Dayang Sumbi         : “Apa? Si tumang kau bunuh?”
Sangkuriang     : “Kenapa bu?” (terkejut)
Dayang Sumbi         : “Si Tumang. Si Tumang kau panah, kau bunuh?” (berbicara terbatah-batah)
Sangkuriang     : “Benar bu! Memangnya kenapa?”
          “PPRRAAKK” dayang sumbi memukul kepala sangkuriang dengan entong.
Dayang Sumbi         : “Pergi kau dar hadapanku! Dasar anak durhaka!”(bentak dayang sumbi)
Sangkuriang     : “Baik aku akan pergi bu dan tidak akan kembali lagi.”
                 Ia bertemu pertapa sakti.
Guru                : “Siapa namamu nak? Mengapa kau tergeletak ditengah-tengah hutan?”(membangunkan sangkuriang)
Sangkuriang  : “Emm..aku tak thu siapa namaku. Dan kau juga tak tahu tentang diriku sendiri.”
Guru                : “Wah. Sepertinya kau hilang ingatan. Maukah kau menjadi salah satu muridku?”
Sangkuriang  : “Baik bapak guru.”
Guru                : “Dan sekarang aku akan memberimu nama Jaka Galih.”
              12 tahun kemudian.
Guru                : “Sudah saatnya kau mengamalkan ilmu kepada masyarakat yang telah ku ajarkan!”
Sangkuriang : “Baik bapak. Saya akan berpetualang untuk membantu masyarakat.”
Guru                : “Pesanku janganlah kau berjalan ke arah selatan.”
Sangkuriang  : “Kenapa saya tidak boleh berjalan ke arah selatan bapak guru?”
Guru                : “Sudahlah turuti saja nasihatku. Supaya kau tidak ditimpa nasib yang sial.”
Sangkuriang  : “Saya akan mengingat pesan bapak guru.”
            Ia segera meninggalkan pertapaannya. Suatu ketika, ia berkelahi dengan raja jin dan dia berhasil mengalahkan raja jin tersebut sehingga raja jin tunduk kepada sangkuriang.
Raja Jin            : “Saya berjanji suatu ketika saya akan membantu tuan.”
Sangkuriang  : “Bagaimana caraku memanggilmu?”
Raja Jin            : “Sebut namaku dan hentakkan kaki tuan tiga kali, maka aku akan datang dengan pasukanku.”
Sangkuriang   : “Baiklah kalau begitu.”
            Suatu hari ia idak menyadari bahwa ia berjalan ke arah selatan.            Ia melihat seorang gadis. Hatinya berdebar kencang, dan ia pun terpesona. Lalu mereka berkenalan.
Sangkuriang                        : “Siapa namamu nona?”
Dayang Sumbi         : “Nama saya dayang sumbi tuan. Dan siapa nama Tuan?”
Sangkuriang            : “Nama saya Jaka Galih. Bolehkah saya mengantarkan nona pulang?”
Dayang Sumbi         : “Tentu saja tuan.”
Sangkuriang                        : “Apakah itu rumahmu?”
Dayang Sumbi         : “Ia tuan. Itu ramah saya.”
Sangkuriang                        : “Kalau begitu saya mohon pamit nona.”
Dayang Sumbi          : “Tapi hari sudah gelap. Apa tidak sebaiknya kamu menginap di atas dangau?”
Sangkuriang              : “Baiklah. Jika itu pintamu.”
          Suatu hari mereka sedang bercengkrama, tiba-tiba...
Dayang sumbi           : “Aku rasa ada bekas luka di kepalamu ?”
Sangkuriang              : “Benarkah?”
Dayang Sumbi          : “Benar. Bisakah kau ceritakan sebab lukamu itu?”
                 Tiba-tiba Sangkuriang sedikit teringat masa lalunya.
Dayang Sumbi          : “Memangnya apa penyebab luka itu?”
Sangkuriang              : “Itu bekas dipukul  entong oleh ibuku sendiri.”
Dayang Sumbi          : “Hah? Dipukul entong?”
Sangkuriang              : “Iya. Ketika aku berusia tujuh tahun, memangnya kenapa?”
Dayang Sumbi          : “Kalau begitu kau adalah anakku. Kau adalah anakku sangkuriang.”
Sangkuriang              : “Tidak mungkin! Jangan cari-cari alasan! Meskipun namamu dengan nama ibuku sama, tapi kau tida mungkin ibuku.”
Dayang Sumbi          : “Tapi aku ini ibumu nak.”
Sangkuriang              : “Tidak mungkin kau ibuku. Ibuku pastilah sudah berusia lanjut dan tidak secantik dirimu.”
Dayang Sumbi          : “Aku adalah keturunan bidadari, dan aku tidak akan tua.”
Sangkuriang              : “Aku tidak percaya dengan ucapanmu itu.”
Dayang Sumbi          : “Oh dewi bagaimana ini? Tolonglah aku. Dia adalah anakku dewi.”
Sangkuriang              : “Bagaimanapun kau harus menjadi istriku!”
Dayang Sumbi          : “Tidak mungkin aku menikah dengan kau nak.”
Sangkuriang              : “Kau bukan ibuku, dan aku bukan anakmu.” (dengan nada tinggi)
Dayang Sumbi          : “Baiklah aku mau menikah denganmu, tapi kau harus membuatkanku sebuah telaga di pucuk gunung.”
Sangkuriang              : “Cuma telaga? Jangan kuatir akan kubuatkan.” (jawabnya dengan mantap)
Dayang Sumbi          : “Bukan hanya itu tapi dengan sebuah perahu besar. Dan semua itu harus kau kerjakan dalam tempo semalam saja. Sebelum ayam berkokok semua harus sudah selesai.”
Sangkuriang              : “jangan kuatir. Apapun permintaanmu akan kuturuti.”
              Sangkuriang segera memanggil raja jin.
Raja Jin              : “Ada apa tuanku?”
Sangkuriang     : “Cepat kau bantu aku membuat telaga dan perahu besar.”
Raja Jin              : “Baik tuan.”
Dayang Sumbi : “Oh dewi gagalkanlah kerja jin dan sangkuriang. Tolong cepatkanlah matahari terbit.”
Dewi                   : “Baik Sumbi.”
              Ayam jantan pun berkokok.
Raja Jin            : “Coba dengar itu. Itu suara ayam berkokok. Kita harus segera kembali ke alam jin.”
Jin                     : “Benar tuan, jika tidak tubuh kita akan terbakar oleh sinar matahari.”
Sangkuriang  : “Hei raja jin ayo lanjutkan kerjamu!”
Raja Jin            : “Maaf tuan hamba harus pergi karena hari telah pagi.”
              Sangkuriang menghampiri dayang sumbi.
Sangkuriang  : “Kau curang! Pasti kau menggunakan kekuatan dewi untuk menggagalkan ini.”(sambil menendang perahu)
              Seketika perahu itu berubah menjadi gunung. Yang diberi nama gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang     : “Aku tak peduli apapun yang terjadi, kau harus menjadi istriku!”
Dayang Sumbi : “Sangkuriang sadarlah. Kau adalah anakku.” (sambil berjalan menjauhi sangkuriang)
Sangkuiang      : “Keujung duniapun kau berjalan aku akan mendapatkanmu!” (teriak sangkuriang)
Dayang Sumbi         : “Wahai Dewi tolonglah hamba. Selamatkanlah hamba!”
            Namun dalam sekejap sangkuriang memegang tangan dayang sumbi.
            “BBLLAARR” tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat. Tubuh dayang sumbi menghilang.dia diselamatkan oleh dewi kekayangan.
Dayang Sumbi         : “Oh dewi terima kasih, kau telah menyelamatkanku.”
Dewi                   : “Sama-sama dayang sumbi. Bagaimanapun para dewi tidak mengizinkan seorang anak mengawini ibunya sendiri.”

Ujian Praktik Lebih Menguras Tenaga

Ujian Praktik

Sekilas seperti kata yang singkat dan ringan untuk diucapkan. ujian praktik adalah dimana kita menjalani berbagai macam praktik dari sekian banyak pelajaran. dan ujian praktik dilaksanakan sebelum UNAS.

mungkin bagi orang yang tidak ikut menjalani ujian praktik, dia hanya berkata : "alah ujian praktik ae."
padahal ujian praktik sangat lah menguras tenaga dari segala ujian-ujian yang lainnya.

awalnya saya sendiri juga agak meremehkan tentang ujian praktik. tapi setelah mengetahui seminggu akan padatnya udian praktik ..AMPUNN dah..berat banget menguras tenaga banget. rasanya nih memory otak udah mau ambyar amburadul..haduh sesuatu deh.

Nih ya .saya beri tahu. disekolah saya ujian praktik dilaksanakan 12 maret 2012 - 17 Maret 2012. bayangkan satu minggu penuh. full. diisi oleh ujian prakti.huft ampun dah..

Semoga hari-hari kedepan dalam menjalani ujian-ujian .,sampai UNAS dan terutama ujian praktik ini. saya dan semuanya bisa menjalani dengan lancar dan sukses.

AAAAAMMMMMMIIIIINNNN..... :)