Selasa, 13 Maret 2012

Naskah Drama Sangkuriang Sakti

Ini naskah drama bikinan gue sendiri lho. awalnya saya bingung karena harus membuat drama untuk ujian praktik di sekolah gue. gue bingung harus menampilkan drama apa?? begitu saya tepikirkan tentang cerita SANGKURIANG SAKTI, saya langsung tancap deh mengerjakan naskah drama itu.
tanpa dibantu salah satu anggota kelompok pun saya berniat untuk mengerjakan demi mendapatkan nilai yang memuaskan. maklumlah kelompok saya anaknya SESUATU banget. 
mereka tinggal menerima jadi drama itu tanpa memikirkan perasaan dan hasil kerja keras saya. saya sempat kecewa dan marah. tapi setelah saya pikir-pikir lagi, udahlah ngga papa nanti juga saya sendiri yang mendapatkan hikmah dari ini semua. dan saya juga berpengalaman membuat drama..huhuiii...


okeh langsung aja yah..

ini dia naskah darama SANGKUIAG SAKTI


SANGKURIANG SAKTI

            Pada zaman dahulu kala, di daerah Parahiyangan Jawa Barat ada sebauh kerajaan yang diperintah oleh Prabu Galuga. Ia seorang raja yang gagah perkasa. Umurnya sudah 40 tahun namun ia tidak mempunyai permaisuri, memang dia tidak ingin beristri. Karena sang Prabu tidak juga beristri, kadang-kadang ayahnya yang sudah hidup sebagai pertapa datang ke istana untuk memberi nasihat.
Ayah Prabu Galuga  : “Anakku, kau harus segera mempunyai permaisuri yang akan melahirkan penerus kerajaan ini !”
Prabu Galuga            : “Ah, ramanda tidak usah kuatir. Bila nanti tiba saatnya saya pasti akan mendapatkan jodoh. Sekarang ini saya masih belum berniat untuk beristi.”
Ayah Prabu Galuga            : “Kau ini bagaimana? Kodrat seorang raja adalah menikah mempunyai anak. Kau jangan menentang ketentuan Yang Maha Kuasa.” (dengan nada tinggi karena kesal)
Prabu Galuga            : “Mohon maaf rama. Saya belum berminat.”
Ayah Prabu Galuga    : “Ya sudah, tapi harus kau camkan peringatanku ini. Seingatku sudah dua kali aku menasehati kau tentang pentingnya seorang istri bagimu.”
Prabu Galuga            : “Saya akan pertimbangkan rama.”
Ayah Prabu galuga : “Baiklah aku akan kembali ke pertapaan.” (sambil berjalan menuju pertapaannya)
          Selang seminggu setelah kedatangan ayahnya, sang ayah meninggal dunia. Suatu hari Prabu Galuga ingin berburu binatang, biasanya ia ditemani pengawalnya dan seekor anjing istana yang konon adalah jelmaan dewa.
Prabu Galuga   : “Ayo pengawal kita berangkat sekarang.”
Pengawal          : “Baik tuan.”
Prabu Galuga   : “Ada apa ini ? kenapa anak panahku tak pernah mengenai sasaran?” (berbicara sendiri)
Pengawal          : “Ada apa gusti Prabu ?”
Prabu Galuga   : “Aku bingung pengawal mengapa anak panah ku meleset terus.”
Pengawal          : “Saya rasa hari ini kita belum beruntung tuan.”
Prabu Galuga   : “Emm. Pengawal cepat tinggalkan aku sendiran!”
Pengawal          : “ Memangnya ada apa gusti Prabu?”
Prabu Galuga   : “Aku mau buang air kecil, cepat kau pergu dari sini!” (sambil mendorong pengawal karena sedikit kesal)
          Beberapa saat kemudian
Pengawal          : “Tuan apa tidak sebaiknya kita pulang saja. Karena hari telah sore.”
Prabu Galuga   : “Aku rasa kau benar. Ayo kita pulang sekarang.”
          Sembilan bulan kemudian Prabu Galuga pergi berburu ke tempat yang sama. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi.
Prabu Galuga   : “Aneh? Anak siapa yang ditinggalkandi tengah-tengah hutan seperti ini?” (sambil mencari dari mana asalnya suara tersebut)
Pengawal          : “Gusti Prabu! Tak usah dihiraukan. Jangan-jangan suara jin perewangan!”
Prabu Galuga   : “Sebaiknya kita cari suara tangisan bayi itu pengawal!”
Pengawal          : “Baik tuan.”
Prabu Galuga   : “Hah? Seorang bayi? Siapa orang yang tega meinggalkan bayinya di tengah hutan begini?” (kaget dan heran)
          Ia menggendong bayi itu, sementara dari balik semak-semak seekor babi hutan betina memperhatikannya. Hanya tetes air mata berlinangan di wajahnya. Tiba-tiba terdengar sebuah suara mengiang di telinganya.
Dewi                : “Prabu Galuga! Bayi itu adalah anakmu dengan bidadari yang tengah menjalani hukuman dari para dewi. Kodrat seorang manusia adalah menikah dan mempunyai anak, kau telah mencoba mengelak dari kodrat, bawalah bayi itu pulang!” 
          Bayi itu diasuh dan diberi nama Nyi Dayang Sumbi. 17 tahun kemudian gadis kecil itu telah tumbuh menjadi seorang dara cantik jelita. Hampir setiap pekan datang lamaran. Namun ia selalumenolaknya. Hal itu membuat prabu galuga mulai berpikir.
Prabu Galuga   : “Apakah ini sebuah karma bagiku?” (berkata dalam hati)
Dayang Sumbi         : “ Ada apa ayah ?”
Prabu Galuga   : “Kau harus segera menikah Sumbi!”
Dayang Sumbi : “Ampun ayahanda. Hamba belum berminat untuk berumah tangga.”
Prabu Galuga   : “Sumbi, hanya ada dua pilihan bagimu. Mau menikah atau kau kuasingkan di tepi hutan. Hanya ditemani seekor anjing dan jangan pernah kembali ke istana, kecuali aku sendiri yang memerintahmu!”
Dayang Sumbi         : “Baiklah aku akan memilih tinggal di tepi  hutan.”
          Sesampainya ditepi hutan
Tumang             : “Sumbi kau tidak usah bersedih saya akan setia menemanimu sampai kau diperintahkan untuk kembali ke kerajaan lagi.”
Dayang Sumbi : “(kaget dan heran) benarkah itu suaramu tumang? Apa kau bisa bicara? Oh tumang akhirnya aku punya teman di tengah-tengah kesepian ini.”
Tumang             : “Benar Sumbi aku bisa bicara. Aku akan menjadi temanmu selama kamu kesepian. Tapi apa kamu mau berteman dengan seekor anjing sepertiku?”
Dayang Sumbi : “Aku tak peduli meskipun kau seekor anjing. Yang penting aku punya teman sekarang.”
          Suatu hari ketika sedang menenun salah satu tongkatnya jatuh kebawah dangau. Ia merasa malas untuk mengambil.
Dayang Sumbi : “Siapa yang mau mengambilkan tongkatku ia akan aku jadikan suami.”
Tumang               : “Ini tongkatmu Sumbi.”
Dayang Sumbi   : “Tumang bukan engkau yang kumaksud.”
Dewi                     : “Dayang Sumbi kau adalah bidadari. Bidadari pantang menjilat ludahnya sendiri, lagi pula si Tumang memang jodohmu. Sesunggnya anjing itu adalah jelmaan dewa.”
            Dayang Sumbi Dikaruniai anak laki-laki tampan. Ia diberi nama Sangkuriang. Tak terasa sangkuriang sudah tumbuh besar dan panai berburu. Suatu hari sangkuriang hendak berburu.
Dayang Sumbi : “Nak, bawakan ibu daging kijang yah?”
Sangkuriang     : “Ya bu.”
            Lewat lah seekor babi putih.
Babi putih : “Menantuku tumang, apakah itu cucuku ?”
Tumang             : “ Benar bu dia adalah sangkuriang cucu ibu.”
Babi putih         : “Oh tuhan, aku ingin memeluk dan berbicara dengan cucuku tapi apalah daya ini dia tak mungkin percaya terhadap ucapanku.”
Sangkuriang     : “Tumang! Cepat gigit babi itu!”
Babi putih         : “mengapa kau tega nak. Aku ini nenekmu. Aku nenekmu nak.” (berbicara dalam hati)
Sangkuriang     : “Hei Tumang apa kau tidak dengar kataku! Cepat gigit babi itu!”
Tumang hanya terdiam
Sangkuriang     : “Ayo tumang serang dia! Tumang mengapa kau menjadi bodoh begitu? Huh dasar anjing bodoh!”
            Sangkuriang memanah ke arah babi itu. Namun anak panah tepat mengenai tumang. Kemudian ia menyembelih anjing itu. Sampai dirumah daging itu dimasak oleh dayang sumbi dan dimakan bersama-sama.
Dayang Sumbi : “Sangkuriang. Kemana si tumang?”
Sangkuriang     : “Bu. Anjing itu sudah berani melawan perintahku. Tadi kusuruh menyerang babi hutan malah diam saja. Akhirnya dialah yang ku panah.”
Dayang Sumbi         : “Apa? Si tumang kau bunuh?”
Sangkuriang     : “Kenapa bu?” (terkejut)
Dayang Sumbi         : “Si Tumang. Si Tumang kau panah, kau bunuh?” (berbicara terbatah-batah)
Sangkuriang     : “Benar bu! Memangnya kenapa?”
          “PPRRAAKK” dayang sumbi memukul kepala sangkuriang dengan entong.
Dayang Sumbi         : “Pergi kau dar hadapanku! Dasar anak durhaka!”(bentak dayang sumbi)
Sangkuriang     : “Baik aku akan pergi bu dan tidak akan kembali lagi.”
                 Ia bertemu pertapa sakti.
Guru                : “Siapa namamu nak? Mengapa kau tergeletak ditengah-tengah hutan?”(membangunkan sangkuriang)
Sangkuriang  : “Emm..aku tak thu siapa namaku. Dan kau juga tak tahu tentang diriku sendiri.”
Guru                : “Wah. Sepertinya kau hilang ingatan. Maukah kau menjadi salah satu muridku?”
Sangkuriang  : “Baik bapak guru.”
Guru                : “Dan sekarang aku akan memberimu nama Jaka Galih.”
              12 tahun kemudian.
Guru                : “Sudah saatnya kau mengamalkan ilmu kepada masyarakat yang telah ku ajarkan!”
Sangkuriang : “Baik bapak. Saya akan berpetualang untuk membantu masyarakat.”
Guru                : “Pesanku janganlah kau berjalan ke arah selatan.”
Sangkuriang  : “Kenapa saya tidak boleh berjalan ke arah selatan bapak guru?”
Guru                : “Sudahlah turuti saja nasihatku. Supaya kau tidak ditimpa nasib yang sial.”
Sangkuriang  : “Saya akan mengingat pesan bapak guru.”
            Ia segera meninggalkan pertapaannya. Suatu ketika, ia berkelahi dengan raja jin dan dia berhasil mengalahkan raja jin tersebut sehingga raja jin tunduk kepada sangkuriang.
Raja Jin            : “Saya berjanji suatu ketika saya akan membantu tuan.”
Sangkuriang  : “Bagaimana caraku memanggilmu?”
Raja Jin            : “Sebut namaku dan hentakkan kaki tuan tiga kali, maka aku akan datang dengan pasukanku.”
Sangkuriang   : “Baiklah kalau begitu.”
            Suatu hari ia idak menyadari bahwa ia berjalan ke arah selatan.            Ia melihat seorang gadis. Hatinya berdebar kencang, dan ia pun terpesona. Lalu mereka berkenalan.
Sangkuriang                        : “Siapa namamu nona?”
Dayang Sumbi         : “Nama saya dayang sumbi tuan. Dan siapa nama Tuan?”
Sangkuriang            : “Nama saya Jaka Galih. Bolehkah saya mengantarkan nona pulang?”
Dayang Sumbi         : “Tentu saja tuan.”
Sangkuriang                        : “Apakah itu rumahmu?”
Dayang Sumbi         : “Ia tuan. Itu ramah saya.”
Sangkuriang                        : “Kalau begitu saya mohon pamit nona.”
Dayang Sumbi          : “Tapi hari sudah gelap. Apa tidak sebaiknya kamu menginap di atas dangau?”
Sangkuriang              : “Baiklah. Jika itu pintamu.”
          Suatu hari mereka sedang bercengkrama, tiba-tiba...
Dayang sumbi           : “Aku rasa ada bekas luka di kepalamu ?”
Sangkuriang              : “Benarkah?”
Dayang Sumbi          : “Benar. Bisakah kau ceritakan sebab lukamu itu?”
                 Tiba-tiba Sangkuriang sedikit teringat masa lalunya.
Dayang Sumbi          : “Memangnya apa penyebab luka itu?”
Sangkuriang              : “Itu bekas dipukul  entong oleh ibuku sendiri.”
Dayang Sumbi          : “Hah? Dipukul entong?”
Sangkuriang              : “Iya. Ketika aku berusia tujuh tahun, memangnya kenapa?”
Dayang Sumbi          : “Kalau begitu kau adalah anakku. Kau adalah anakku sangkuriang.”
Sangkuriang              : “Tidak mungkin! Jangan cari-cari alasan! Meskipun namamu dengan nama ibuku sama, tapi kau tida mungkin ibuku.”
Dayang Sumbi          : “Tapi aku ini ibumu nak.”
Sangkuriang              : “Tidak mungkin kau ibuku. Ibuku pastilah sudah berusia lanjut dan tidak secantik dirimu.”
Dayang Sumbi          : “Aku adalah keturunan bidadari, dan aku tidak akan tua.”
Sangkuriang              : “Aku tidak percaya dengan ucapanmu itu.”
Dayang Sumbi          : “Oh dewi bagaimana ini? Tolonglah aku. Dia adalah anakku dewi.”
Sangkuriang              : “Bagaimanapun kau harus menjadi istriku!”
Dayang Sumbi          : “Tidak mungkin aku menikah dengan kau nak.”
Sangkuriang              : “Kau bukan ibuku, dan aku bukan anakmu.” (dengan nada tinggi)
Dayang Sumbi          : “Baiklah aku mau menikah denganmu, tapi kau harus membuatkanku sebuah telaga di pucuk gunung.”
Sangkuriang              : “Cuma telaga? Jangan kuatir akan kubuatkan.” (jawabnya dengan mantap)
Dayang Sumbi          : “Bukan hanya itu tapi dengan sebuah perahu besar. Dan semua itu harus kau kerjakan dalam tempo semalam saja. Sebelum ayam berkokok semua harus sudah selesai.”
Sangkuriang              : “jangan kuatir. Apapun permintaanmu akan kuturuti.”
              Sangkuriang segera memanggil raja jin.
Raja Jin              : “Ada apa tuanku?”
Sangkuriang     : “Cepat kau bantu aku membuat telaga dan perahu besar.”
Raja Jin              : “Baik tuan.”
Dayang Sumbi : “Oh dewi gagalkanlah kerja jin dan sangkuriang. Tolong cepatkanlah matahari terbit.”
Dewi                   : “Baik Sumbi.”
              Ayam jantan pun berkokok.
Raja Jin            : “Coba dengar itu. Itu suara ayam berkokok. Kita harus segera kembali ke alam jin.”
Jin                     : “Benar tuan, jika tidak tubuh kita akan terbakar oleh sinar matahari.”
Sangkuriang  : “Hei raja jin ayo lanjutkan kerjamu!”
Raja Jin            : “Maaf tuan hamba harus pergi karena hari telah pagi.”
              Sangkuriang menghampiri dayang sumbi.
Sangkuriang  : “Kau curang! Pasti kau menggunakan kekuatan dewi untuk menggagalkan ini.”(sambil menendang perahu)
              Seketika perahu itu berubah menjadi gunung. Yang diberi nama gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang     : “Aku tak peduli apapun yang terjadi, kau harus menjadi istriku!”
Dayang Sumbi : “Sangkuriang sadarlah. Kau adalah anakku.” (sambil berjalan menjauhi sangkuriang)
Sangkuiang      : “Keujung duniapun kau berjalan aku akan mendapatkanmu!” (teriak sangkuriang)
Dayang Sumbi         : “Wahai Dewi tolonglah hamba. Selamatkanlah hamba!”
            Namun dalam sekejap sangkuriang memegang tangan dayang sumbi.
            “BBLLAARR” tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat. Tubuh dayang sumbi menghilang.dia diselamatkan oleh dewi kekayangan.
Dayang Sumbi         : “Oh dewi terima kasih, kau telah menyelamatkanku.”
Dewi                   : “Sama-sama dayang sumbi. Bagaimanapun para dewi tidak mengizinkan seorang anak mengawini ibunya sendiri.”

Ujian Praktik Lebih Menguras Tenaga

Ujian Praktik

Sekilas seperti kata yang singkat dan ringan untuk diucapkan. ujian praktik adalah dimana kita menjalani berbagai macam praktik dari sekian banyak pelajaran. dan ujian praktik dilaksanakan sebelum UNAS.

mungkin bagi orang yang tidak ikut menjalani ujian praktik, dia hanya berkata : "alah ujian praktik ae."
padahal ujian praktik sangat lah menguras tenaga dari segala ujian-ujian yang lainnya.

awalnya saya sendiri juga agak meremehkan tentang ujian praktik. tapi setelah mengetahui seminggu akan padatnya udian praktik ..AMPUNN dah..berat banget menguras tenaga banget. rasanya nih memory otak udah mau ambyar amburadul..haduh sesuatu deh.

Nih ya .saya beri tahu. disekolah saya ujian praktik dilaksanakan 12 maret 2012 - 17 Maret 2012. bayangkan satu minggu penuh. full. diisi oleh ujian prakti.huft ampun dah..

Semoga hari-hari kedepan dalam menjalani ujian-ujian .,sampai UNAS dan terutama ujian praktik ini. saya dan semuanya bisa menjalani dengan lancar dan sukses.

AAAAAMMMMMMIIIIINNNN..... :)


Sabtu, 18 Februari 2012

Love Story

Lirik Lagu Love Story - Taylor Swift


We were both young when I first saw you
I close my eyes
And the flashback starts
I'm standing there
On a balcony of summer air

See the lights,
See the party, the ball gowns
I see you make your way through the crowd
You say hello
Little did I know

That you were Romeo you were throwing pebbles
And my daddy said stay away from Juliet
And I was crying on the staircase
Begging you please don't go, and I said:

Romeo take me somewhere we can be alone
I'll be waiting all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story baby just say yes

So I sneak out to the garden to see you
We keep quiet cause we're dead if they know
So close your eyes
Escape this town for a little while

Cause you were Romeo I was a scarlet letter
And my daddy said stay away from Juliet
But you were everything to me
I was begging you please don't go and I said:

Romeo take me somewhere we can be alone
I'll be waiting all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story baby just say yes

Romeo save me, they try to tell me how to feel
This love is difficult, but it's real,
Don't be afraid
We'll make it out of this mess
It's a love story baby just say yes, oh,

I got tired of waiting
Wondering if you were ever coming around
My faith in you was fading
When I met you on the outskirts of town I said:

Romeo save me I've been feeling so alone
I keep waiting for you but you never come
Is this in my head, I don't know what to think
He knealt to the ground and pulled out a ring

And said:

Marry me Juliet you'll never have to be alone
I love you and that's all I really know
I talked to your dad go pick out a white dress
It's a love story baby just say yes

Oh, oh, oh

Oh, oh, oh, oh

Cause we were both young when I first saw you

Kamis, 16 Februari 2012

Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah

Kali ini saya akan kasih tips CARA MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH untuk kalian-kalian ..mungkin ini adalah tugas-tugas untuk mahasiswa ..tetapi sekarang siswa-siswi SMP pun juga sudah harus mengenal ini.. oke langsung saja .


A. Pendahuluan.
            Suatu karya tulis ilmiah berkaitan dengan suatu karya tulis yang dihasilkan dari suatu penelitian yang merupakan hasil temuan seseorang yang dibuat berdasarkan suatu metode penelitian tertentu yang dilakukan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan suatu kebenaran.
Prof. Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa pada umumnya manusia memiliki sifat untuk mencari kebenaran, dimana dalam usahanya untuk mencari kebenaran tersebut, manusia dapat menempuh berbagai macam cara, baik yang dianggap sebagai usaha yang tidak ilmiah, maupun yang dapat dikualifikasikan sebagai kegiatan ilmiah.[3]
Di kalangan masyarakat ilmiah dalam hal ini dunia pendidikan tinggi, hampir dapat dipastikan akan bersinggungan dengan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Namun seringkali sebagian orang membayangkan akan adanya hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam mengawali serta membuat suatu karya tulis ilmiah. Perasaan sulit untuk mengawali dan menentukan suatu karya tulis ilmiah tersebut, sering kali dialami oleh banyak mahasiswa. Meskipun tidak menutup kemungkinan banyak pihak lain yang mengalami hal yang sama. Sangat disayangkan apabila asumsi bahwa membuat karya tulis ilmiah adalah sulit, dijadikan alasan bagi mahasiswa maupun banyak pihak untuk menghindari membuat suatu karya tulis ilmiah.
            Apabila ditelusuri lebih lanjut, dapat dipahami bahwa dalam pembuatan suatu karya tulis ilmiah akan lebih mudah apabila seseorang terlebih dahulu mencoba untuk mengetahui langkah awal apakah yang harus dilakukan olehnya. Artinya Seseorang harus menentukan langkah awal dalam membuat suatu karya tulis ilmiah. Langkah awal yang dimaksud adalah dengan berupaya mengetahui mengenai latar belakang munculnya keinginan untuk membahas suatu permasalahan, kemudian mencoba merumuskan masalah serta menentukan tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap permasalahan tersebut.
            Dengan demikian, perlu untuk diketahui lebih lanjut, kiat atau upaya apakah yang perlu diketahui dalam menentukan latar belakang, merumuskan masalah hingga menetapkan tujuan penelitian tersebut, sehingga dapat mempermudah seseorang untuk menentukan langkah awalnya dalam membuat atau menulis suatu karya tulis ilmiah.

B. Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Pembuatan Suatu Karya Tulis Ilmiah.

            Sebelum membahas secara teori, perlu untuk diketahui adanya beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam memulai pembuatan suatu karya tulis ilmiah, diantaranya:
  1. Penulis harus melakukan beberapa kegiatan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah, diantaranya menentukan tema yang akan dijadikan patokan dalam menulis sekaligus melakukan penggalian data awal.
  2. Mencoba menganalisis data awal yang diperoleh pada kegiatan sebelum menulis sehingga dapat dijadikan suatu latar belakang yang baik bagi pembuatan karya tulis ilmiah tersebut.
  3. Merumuskan masalah berdasarkan latar belakang tersebut.
  4. Menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup tulisan, dan pada akhirnya merumuskan atau menentukan judul tulisan yang mewakili permasalahan yang akan dibahas.

Ad.1. Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum membuat tulisan ilmiah.

            Langkah pertama yang harus dilakukan seseorang apabila hendak menulis suatu tulisa ilmiah adalah menentukan tema dari suatu tulisan tersebut. Ada kalanya dalam mengikuti suatu lomba karya tulis ilmiah, tema tulisan telah ditentukan oleh panitia  lomba. Apabila telah ditentukan, akan lebih mengarahkan si penulis dalam membuat suatu karya ilmiah. Sebaliknya, apabila belum ditentukan tema tulisan seperti dalam hal penulisan skripsi, maka penulis mendapat kebebasan dalam menentukan sendiri tema tulisan yang disukainya ataupun yang lebih dimengerti olehnya. 
            Langkah berikutnya, apabila telah ditentukan tema yang akan diteliti, maka penulis harus melakukan penggalian data awal dengan cara mencari informasi mengenai tema yang akan diteliti atau ditulis. Prof. Suharsimi Arikunto menjelaskan ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi, yakni didasarkan pada 3 obyek yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person) dan tempat (place).[4] Untuk mempermudah mengingatnya dapat disingkat Tiga P (Three P).
            Adapun yang dimaksud dengan Tiga P tersebut adalah : [5]
  1. Paper : membaca dokumen, buku-buku, majalah,surat kabar atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya.
  2. Person : bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
  3. Place : Tempat, lokasi atau benda-benda disekitar yang terdapat di tempat penelitian. Artinya melihat dan mengamati fakta yang ada disuatu tempat atau lingkungan sekitar.  

Biasanya, berdasarkan ketiga obyek tersebut (tidak harus ketiga obyek tersebut, karena mungkin saja hanya melalui salah satu obyek dari Tiga P tersebut seseorang mendapatkan data awal yang dianggapnya cukup), seorang penulis dapat menggali data yang diperlukan dalam memulai suatu penulisan karya ilmiah. Akan sangat sulit bagi seseorang untuk menulis suatu karya ilmiah jika tidak memiliki data awal yang akan dipaparkan dalam bagian latar belakang, hal ini dikarenakan data awal akan menunjukkan betapa pentingnya suatu tulisan tersebut sehingga menggambarkan suatu latar belakang yang menjadi dasar dalam merumuskan suatu permasalahan.

Ad.2. Menganalisis data awal untuk dijadikan latar belakang tulisan.

            Data awal yang didapat melalui pengumpulan informasi berdasarkan obyek tertentu, (dalam hal ini baik melalui Paper, Person ataupun Place), kemudian dicoba untuk dianalisis. Apabila masuk ke tahap ini, maka untuk mempermudah menganalisisnya, perlu ditentukan bahwa data awal tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
            Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat[6]. Biasanya merupakan fakta, fenomena, kasus yang didapat langsung dari lapangan, termasuk informasi langsung dari masyarakat, kebiasaan yang muncul dihadapan penulis, ataupun kasus hukum yang terjadi disekitar. Singkatnya merupakan suatu data yang belum diolah.
            Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah diolah, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian  termasuk dokumen pribadi dan data sekunder yang bersifat publik seperti data arsip dan data resmi lainnya.[7]
             Apabila kedua data telah ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menganalisis dengan cara melakukan perbandingan, mencari hubungan atau korelasi antar data ataupun mencari kesenjangan antara data yang didapat. Sistem menganalisis ini tidak terlepas dari logika berpikir yang digunakan oleh si penulis, apakah akan menggunakan logika deduktif (dari luas ke sempit) atau secara induktir (dari sempat ke luas). Apabila telah ditentukan logika berpikirnya, akan mempermudah pula dalam menganalisis. Setelah dianalisis, biasanya akan muncul motivasi dari si penulis serta alasan dipilihnya tema permasalahan tersebut. Pada akhirnya, diujung penulisan latar belakang, akan dijelaskan harapan yang ingin dicapai oleh seorang penulis melalui karya ilmiah tersebut.
            Berikut gambaran membuat latar belakang berdasarkan logika berpikir yang dipilih untuk digunakan oleh si penulis :
 
Skema membuat latar belakang
Logika berpikir yang digunakan






 


Deduktif                                                                                               Induktif
(dari luas ke sempit)                                                                  (dari sempit ke luas)
(dari teori ke fakta)                                                                   (dari fakta ke teori)


Membuat pemaparan                                                                Membuat pemaparan
Secara teoritis                                                                           berdasarkan fakta
(dari UU dll)                                                                             atau kasus
           

pemaparan berupa                                                                    pemaparan secara
kasus, fenomena                                                                       teoritis (UU & teori2)

           
                                                     Ada analisis

Memuat motivasi (motif) si peneliti serta alasan memilih variabel judul

Menjelaskan harapan yang ingin dicapai


           


Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat suatu latar belakang perlu diketahui beberapa hal berikut ini :
  1. Latar belakang merupakan suatu gambaran ringkas tema dari penelitian atau tema tulisan.
  2. Latar belakang dapat dibuat dengan mendasarkan pada kenyataan yang terjadi dilapangan, berupa fenomena, kasus, data dan fakta (Das sein) serta berdasarkan keadaan yang sebaiknya atau seharusnya terjadi menurut teori atau peraturan (Undang-Undang) yang berlaku. (Das sollen)
  3. Latar belakang harus memuat motivasi penulis yang dibuat setelah membandingkan dan menganalisis ke dua hal tersebut pada point 2.
  4. Latar belakang juga harus menjelaskan alasan memilih tema dan judul tulisan, baik alasan sesuai bidang ilmi maupun berdasarkan faktor yang menarik dari permasalahan tersebut.
  5. Latar belakang juga harus memaparkan hal yang diharapkan untuk didapat dari hasil tulisan atau penelitian tersebut.
 
Ad.3. Merumuskan masalah berdasarkan latar belakang.
             Prof. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa suatu masalah sebenarnya merupakan suatu proses yang mengalami halangan didalam mencapai tujuannya. Biasanya halangan tersebut hendak diatasi, dan hal inilah yang antara lain menjadi tujuan suatu suatu penelitian.[8] Meskipun demikian, dalam pemilihan masalah tetap perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya :[9]
  1. Kemampuan penulis, dalam hubungannya dengan penguasaan teoritis dan metodologis.
  2. Fasilitas yang tersedia, terutama dana dan waktu
  3. Kemungkinan memperoleh data yang ada harus kuat.
  4. apakah masalah yang hendak diteliti itu penting dan berfaedah bagi negara, masyarakat dan ilmu pengetahuan.
 
Secara garis besar, merumuskan permasalahan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain :
  1. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
    1. Permasalahan dibuat untuk mengetahui atau mendeskripsikan suatu fakta, fenomena atau peristiwa hukum.
    2. Permasalahan dibuat untuk mencari hubungan antara dua hal atau dua fenomena maupun data.
    3. Permasalahan dibuat dengan cara membandingkan kedua hal atau fenomena maupun data yang ada.
  2. Berdasarkan teori dasar hukum.
Untuk merumuskan masalah di bidang hukum, biasanya akan lebih mudah apabila lebih ditujukan untuk mempermasalahkan atau menentukan “bagaimana” atau “mengapa”  subyek hukum, obyek hukum (hak dan kewajiban), hubungan hukum, peristiwa hukum maupun akibat hukum terhadap fakta ataupun teori yang ditemukan pada data awal.
  1. Cara lain yang lebih sederhana, yaitu dengan cara mempertemukan antaran :
    1. Das sollen dengan das sollen (teori dengan teori)
    2. Das Sein dengan das sollen (fakta dengan teori)
    3. Das Sein dengan das sein (fakta dengan fakta).
 
Berikut ini contoh menggunakan cara yang sederhana dalam mengidentifikasikan suatu permasalahan sekaligus merumuskan suatu masalah dengan berdasarkan data awal yang telah dikumpulkan sebelumnya.

 Contoh  1.
Diringkas dari skripsi milik Ainal Ikram (Mahasiswa Fakultas Hukum Unsri Angkatan 1998)  dengan judul : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak atas Domain Name ditinjau dari aspek HaKI.
 















IDENTIFIKASI PERMASALAHAN:
 Banyaknya kasus yang menyalahgunakan penggunaan domain name mengindikasikan bahwa nama domain merupakan obyek hukum yang harus dilindungi, terutama sebagai hasil karya intelektual manusia, maka perlu perlindungan hukum melalui HaKI
 
 





 







Contoh 2
Diringkas dari Karya ilmiah milik Agus Kurniawan (Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 1999) dengan Judul : Perlindungan Rempah-Rempah Indonesia dari Praktek Biopiracy menurut sistem hukum HaKI
 

























            Adapun hal-hal yang berkaitan dengan perumusan masalah ini, maka kiat yang perlu diperhatikan dalam membuat atau merumuskan masalah, antara lain :
  1. Perumusan masalah merupakan rangkaian kata yang membentuk kalimat yang mengungkapkan pilihan masalah (kesenjanagan antara data yang dimiliki) yang diambil oleh penulis untuk diteliti.
  2. Gunakan kata-kata yang sederhana dengan konsep yang jelas, tidak mengandung makna ganda dan tidak bombastis
  3. Gunakan kata tanya yang efektif, tidak wajib menggunakan tanda tanya dibelakang kalimat.
  4. Perumusan masalah harus sesuai dengan tema, fokus dan variabel tulisan, jangan melebar.
  5. Sudut pandang ilmu yang dikaji jelas terlihat pada rumusan masalah tersebut.

Apabila masih mengalami kesalahan dalam merumuskan masalah, maka hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan : [10]
  1. Mengumpulkan data tanpa perencanaan yang terinci
  2. Mengambil data yang sudah tersedia dan berusaha untuk memaksakan perumusan masalahnya.
  3. Merumuskan tujuan secara umum dan meragukan sehngga interprestasi hasil dan kesimpualn tidak sahih (valid).
  4. Tidak menyebutkan batasan (limitation) dalam pendekatannya, baik diungkapkan secara eksplisit maupun implisit, yang berguna untuk membatasi kesimpulan dan penerapannya pada situasi lain.

Ad.4. Menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup suatu tulisan.

            Apa yang hendak dicapai dalam suatu penelitian maupun tulisan, hendaknya dikemukakan dengan jelas dan tegas. Perlu pula diingat bahwa antara masalah, tujuan dan kesimpulan yang kelak diperoleh harus sikron. Artinya tujuan dibuat berdasarkan rumusan permasalahan, dan ini berkaitan erat dengan kesimpulan yang ingin dibuat.
            Jika masalah dirinci menjadi 4 (empat) hal maka tujuan penelitian harus meliputi keempat hal tersebut dan pada akhirnya dari keempat hal tersebut akan diperoleh kesimpulan yang meliputi keempat hal tersebut.[11]
Selanjutnya terhadap manfaat yang hendak dicapai, perlu diketahui bahwa manfaat harus dibuat dengan memperhatikan dua aspek yaitu aspek teoritis ( manfaat yang timbul dari penelitian bagi ilmu yang dikaji) dan aspek praktis (manfaat yang timbul dari penelitian melalui aplikasi ilmu yang bersaangkutan seperti ditujukan kepada pemerintah, atau instansi maupun masyarakat yang bersangkutan secara khusus).
Manfaat tulisan dapat berfungsi untuk membantu merumuskan saran pada penelitian atau karya tulis, karena melalui manfaat, penulis mempunyai batasan terhadap apa yang menjadi solusi bagi permasalahan. 
Sementara penentuan ruang lingkup sangat dibutuhkan, terutama apabila judul yang dibuat terlalu singkat, ataupun motif dari penuis masih abstrak. Diharapkan melalui penentuan ruang lingkup ini akan mempermudah si penulis dalam menentukan ruang gerak serta batasan pembahasan agar tidak melebar dari tujuan penulisan.

Demikianlah 4 (empat) hal yang dapat dijadikan pedoman, kiat ataupun cara untuk menentukan langkah pertama dalam membuat suatu tulisan ilmiah. Apabila si penulis telah mampu menentukan langkah awal tersebut, barulah dapat ditarik suatu variabel yang mewakili latar belakang maupun rumusan masalah dan tujuannya, yang dikenal sebagai Judul Tulisan. Meskipun secara teori, judul harus ditulis paling duluan, namun secara praktek, munculnya judul dapat dibuat belakangan setelah si penulis dapat menentukan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan.
Hal-hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam menentukan judul adalah :
  1. Judul penelitian dibuat harus menggambarkan atau mewakili permasalahan, dapat dirumuskan secara ringkas singkat dan jelas atau dapat pula selengkap mungkin.  Judul yang ditulis lengkap dimungkinkah apabila benar-benar ingin mewakili permasalahan. Secara garis besar, judul penelitian yang lengkap adalam mencakup :
    1. Sifat dan jenis penelitian
    2. Obyek yang diteliti
    3. Subyek penelitian
    4. Lokasi atau daerah penelitian.
  2. Judul harus menggambarkan pentingnya masalah yang akan diangkat..
  3. Judul harus menarik minat pembaca
  4. Judul harus memuat variabel-variabel yang mendukung, melengkapi atau dapat pula mandiri.

Apabila  telah berhasil menjalani langkah awal ini, kemudian berhasil menentukan judul yang tepat, maka penulis dapat menggunakan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah dibuat dan ditentukan untuk menggunakan metode penelitian yang tepat guna mendapatkan jawaban atas rumusan permasalahan tersebut.
Patut pula untuk diingat, bahwa dalam menentukan tulisan yang akan dibuat, si penulis harus tetap memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1.        Tulisan harus asli atau original. Bukan jiplakan dari milik orang lain, dan harus jujur dalam mencantumkan kutipan yang digunakan selama penulisan.
2.        Tema tulisan merupakan minat utama dari si penulis. Hal ini untuk mempermudah meningkatkan semangat serta memunculkan motivasi yang kuat guna menyelesaikan penulisan hingga dicapai apa yang diinginkan.
3.        Tulisan tersebut mempunyai manfaat, baik bagi si penulis maupun secara umum (keilmuan).
4.        Penelitian mengenai tema tulisan tersebut harus dapat dilaksanakan (bukan hal yang mustahil untuk diteliti atau tidak terlalu menyulitkan bagi si penulis)
5.        Penelitian dapat dilaksanakan, tergambar atau terlihat dari ada tidaknya faktor yang mendukung, seperti fasilitas kepustakaan, informan, maupun birokrasi yang akan dihadapi.

C. Kesimpulan
            Berdasarkan apa yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mempermudah dalam menulis suatu karya tulis ilmiah maka seorang penulis harus dapat menentukan langkah awal yang harus diambil dalam memulai suatu tulisan, yakni penulis harus melakukan beberapa kegiatan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah, diantaranya menentukan tema yang akan dijadikan patokan dalam menulis sekaligus melakukan penggalian data awal, kemudian menganalisis data awal yang diperoleh pada kegiatan sebelum menulis sehingga dapat dijadikan suatu latar belakang yang baik bagi pembuatan karya tulis ilmiah tersebut. Selanjutnya merumuskan masalah berdasarkan latar belakang tersebut. Terakhir menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup tulisan, dan pada akhirnya merumuskan atau menentukan judul tulisan yang mewakili permasalahan yang akan dibahas.
            Apabila langkah awal tersebut telah dilaksanakan, maka akan lebih mudah bagi si penulis untuk menindaklanjuti penulisan karya ilmiahnya, dengan menentukan judul serta memperhatikan ketentuan dalam membuat suatu tulisan. Baru kemudian mencoba menentukan metode ilmiah yang bagaimanakah yang tepat digunakan terhadap latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah ditentukan tersebut. 

D. Daftar Pustaka

Ainal Ikram. 2003. Skripsi (karya ilmiah yang tidak dipublikasikan). Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak atas Domain Name Ditinjau dari Aspek HaKI. FH Unsri : Inderalaya
Agus Kurniawan. 2003. (Karya ilmiah yang diperlombakan dalam Mahasiswa Berprestasi 2003). Perlindungan Rempah-Rempah Indonesia dari Praktek Biopiracy Menurut Sistem Hukum HaKI. FH Unsri : Inderalaya.
Maria. S. W. Sumardjono. 1989. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Yogyakarta Lembaga Penelitian UGM.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian HukumJakarta. :UI Press
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan PraktekJakarta : PT. Rineka Cipta.



[1] Materi Pelatihan, disampaikan dalam PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH 2004 yang diselenggarakan oleh Asean Law Students’  Association (ALSA) Indonesia – Local Comitte Sriwijaya University pada tanggal  15 Mei 2004 di Kampus Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Bukit Besar, Palembang.
[2] Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Anggota Unit Penelitian Fakultas Hukum Unsri dan Anggota Sentra HaKI Unsri. 
[3] Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. 1986., halaman 1. 
[4] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta.Jakarta. 1998., halaman 39.
[5] Ibid., 
[6] Soerjono Soekanto, op  cit,. halaman 12. 
[7] Ibid., 
[8] Ibid., halaman 109.
[9] Maria. S. W. Sumardjono. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta. 1989., halaman 10. 
[10]    ibid.,
[11] ibid., halaman 12